Kartini Pejuang Kesetaraan Kebangsaan
“Kartini Pejuang Kesetaraan Kebangsaan”
– Materi Webinar dapat di download disini: Materi Webinar
– Sertifikat Webinar dapat di download disini: Sertifikat Webinar
– Link Live Youtube disini: @YayasanJaRI
Buku Kartini dan surat suratnya dalam edisi bahasa Indonesia ditulis oleh Joost Cotè, Profesor sejarah dari Monash University yang telah menggeluti surat surat Kartini lebih dari 20 tahun.
Ada enam narasumber: Motivasi mempelajari Kartini lebih dari 20 tahun (Joost Coté), Review buku Kartini (Ilsa Nelwan), Kartini dan tokoh yang dilupakan sejarah (Dhianita), Kesetaraan Gender menuju merdeka dari kekerasan (Rainy Hutabarat); Dukungan korban dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan (Kristi Poerwandari) Reformasi untuk kesetaraan gender dan kesetaraan kebangsaan (Musdah Mulia). Moderator Wawan Suwandi dan Pembawa acara Sely Martini.
Coté tertarik pada tokoh Kartini karena ia bukan hanya menulis surat tetapi dia PENULIS yang memiliki strategi untuk mencapai tujuannya: perbaikan hak perempuan. Surat suratnya menjadi strategi untuk melakukan berbagai perubahan sosial.
Dari buku Kartini bisa dilihat surat surat Kartini yang disusun menarik, mudah dipahami isi dan juga konteks perubahan yang terjadi di Hindia Belanda dan di Belanda. Kartini dengan dukungan keluarganya bisa bertukar pikiran sampai ke tingkat global. Surat suratnya digunakan untuk menganalisa masyarakat tradisional dan menyampaikan kritik tentang kolonialisme. Kartini memengaruhi anak muda yang kemudian mendirikan Budi Utomo.
Pelajaran dari sejarah kehidupan Kartini: Belajar dirumah dengan guru yang bersemangat dan berdedikasi, dengan bahan bacaan yang ada dirumah, secara efektif merubah kehidupan keluarga. Ketiga gadis putri Bupati ini menghargai informasi dan mengembangkan gagasan, lalu membuat tulisan dalam bentuk surat yang dikomunikasikan pada berbagai kalangan. Sikap keluarga progresif dan kecerdasannya mendukung proses belajar Kartini.
Kartini pada waktu muda menolak agama tradisional yang menurut pendapatnya merendahkan perempuan, setelah dewasa ia berpendapat bahwa agama terindah adalah cinta, dan menurutnya agama bersifat pribadi. Salah seorang tokoh agama yang dipengaruhi Kartini adalah Kyai Sholeh Darat yang menghadiahkan Al quran berbahasa Jawa pada Kartini.
Setelah Kartini meninggal keempat adiknya melanjutkan, mewujudkan cita cita Kartini seperti ditulis Coté pada buku “Realizing the dreams of RA Kartini: Her sisters’ letter from Colonial Indonesia” yang diterbitkan Ohio University press 2008.
Surat surat itu bisa digunakan untuk mempelajari sejarah perubahan kebangsaan, menurut Shiraishi “An age in motion”, bangkitnya kesadaran nasional dari segi sosial, politik dan budaya; bisa memberi gambaran tentang “Nasionalisme budaya” di bidang domestik dan publik yang dibangun oleh perempuan dan laki laki sama pentingnya.
Budaya patriarki dan relasi kuasa menjadi inti dari kekerasan terhadap perempuan melalui subordinasi, marginalisasi, stereotipi, dan diskriminasi. Korban umumnya mengalami kekerasan berlapis. Data kekerasan yang terlapor masih jauh diatas kejadian sebenarnya, disebut “Fenomena gunung es”. Kekerasan muncul juga di media sosial. Pencegahan perlu dilakukan dengan kolaborasi semua sektor dan partisipasi masyarakat.
Solusi untuk masalah kekerasan terhadap perempuan dan kesenjangan gender: Reformasi budaya, reformasi kebijakan publik, penguatan ekonomi dan peningkatan pendapatan perempuan, serta pengadaan bahan bahan pendidikan agama untuk mengembangkan pandangan agama yang humanis, feminis dan pluralistis agar menjadi mainstream ditengah masyarakat.
Sejarah Indonesia kurang menghargai pemikiran perempuan akibat dominasi narasi maskulin, romantisasi sejarah biografi dan minimnya ruang kajian. Sebagai ilustrasi ada pemikiran tokoh perempuan yang digali: Charlotte Salawati yang berjuang dalam proses kemerdekaan Indonesia dan setelahnya namun namanya “dihilangkan” karena dia anggota Gerwani, atau Suwarsih Joyopuspito yang mengangkat kebangsaan dalam hidup sehari hari para perempuan.
Acara ini dapat berlangsung berkat kerjasama dengan Laboratorium Utama Prodia

Sponsor
