Obituari

Selamat Jalan Nida

Oleh: Ilsa Nelwan

Obituari
dr. Nida, sosok penuh kasih yang selalu menghadirkan senyum dan semangat dalam setiap langkahnya. Selamat jalan, Bu Dokter.

Pada bulan Maret tahun 2025 dalam rangka peringatan hari perempuan sedunia bekerjasama dengan toko buku Pelagia diselenggarakan peringatan ulang tahun JaRI dengan berdiskusi tentang apa saja yang sudah dilakukan JaRI dan apa lagi yang masih bisa kita lakukan.

Peserta pertemuan tidak banyak tetapi akrab seperti pertemuan keluarga. Walaupun kakinya dibebat karena bengkak, Nida malam itu datang dengan ceria, tidak terlihat sakit dan ngobrol kesana kemari dengan riang. Lalu kita buka bersama makan nasi kuning, suasananya sangat menyenangkan. Samasekali tidak disangka bahwa tiga bulan kemudian dia berpulang, rupanya kedatangan Nida berpamitan pada teman temannya di Yayasan JaRI.

Pada ulang tahunnya yang ke 75 tahun 2024 aku kirim kue coklat kesukaannya, tetapi dia di Jakarta dan baru pulang setelahnya. Ucapan ulang tahunku dijawab “aku harus ngomong sesuatu”. Kemudian Nida cerita bahwa dia didiagnosa Ca Pancreas, tadinya dia mau menyerah saja, tetapi sahabat sahabatnya di Jakarta mendorong dia untuk berusaha. Nida memutuskan untuk berobat di Jakarta dengan dukungan teman temannya.

Dilakukan operasi untuk membuang pancreasnya, hanya sisa cauda yang menempel ke jejunum. Reaksi terhadap terapi Chemonya berat, sehingga dihentikan. Pada bulan November PET scan menunjukkan masih ada massa Ca, lalu diterapi radiasi dosis kecil dan kombinasi Chemo tablet. Chemo tablet juga sangat berat dampaknya, sehingga dia minta istirahat untuk pulang ke Bandung dulu. Waktu itulah dia sempat mampir ke acara Yayasan JaRI.

Sebagai teman dekatnya selama puluhan tahun aku merasa Nida memang orang baik, tanpa pamrih, yang bisa memberi perhatian pada semua orang. Dia sangat sungguh sungguh melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Dia paling kesal kalau mendengar orang yang mendapat jabatan dan menyalah gunakannya untuk keuntungan pribadi. Kita berdua jadi dekat karena memiliki banyak persamaan. Suka bekerja, suka membantu, tidak suka penyelewengan, berusaha sejauh mungkin untuk tetap jujur.

Kalau berbicara dengan orang lain apa adanya, tidak berpura pura, tidak diselimuti sopan santun atau kepalsuan. Kita juga sama sama tidak disukai atasan mungkin karena dianggap terlalu kaku, kurang berkompromi pada nilai nilai kekinian kalau itu berarti menyeleweng dari kebenaran. Anakku Kristi yang dikenal Nida sejak lahir mengatakan: Tante Nida itu orang yang baik, tulus, cerdas, berpotensi dan kuat sekali.

Banyak sekali kontribusi beliau pada masyarakat, semua dijalankan sambil secara paralel menjaga keluarganya dengan penuh kasih sayang. Saya pribadi yakin bahwa impact Tante Nida bisa lebih besar lagi jika tidak harus mengikuti tuntutan konstruksi sosial yang menuntut perempuan harus berkeluarga, namun saya juga tahu Tante Nida adalah orang yang sangat mindful dan semua pilihannya pasti sudah dipertimbangkan dengan baik. Nida sangat kuat dan tegar menghadapi berbagai masalah yang dihadapinya. Aku masih ingat bagaimana sedihnya mendengar dia meratapi kepergian Tondi, anaknya yang meninggal pada usia tiga bulan. Setelah delapan tahun kepergian Tondi Nida masih membawa-bawa hasil hasil pemeriksaan dan ingin tahu apa sebabnya Tondi meninggal.

Obituari
Foto bersama sahabat-sahabat almarhumah dr. Nida di pemakaman. Turut hadir Prof. Nila Moeloek, Mantan Menteri Kesehatan RI era Presiden Joko Widodo.

Saat itu aku peringatkan “Anakmu itu milik Tuhan kamu dikaruniaNya sebagai titipan. kalau yang punya memanggilnya pulang, kamu harus ikhlas”. Lalu Nida dan Ponpon berusaha lagi untuk punya anak dan setelah berupaya cukup lama tidak berhasil. Kemudian Ponpon mengalami stroke parah yang memengaruhi fungsi beberapa bagian tubuh, sehingga harus belajar hidup sebagai disabilitas. Nida dengan setia dan sabar mengurus Ponpon sampai dia meninggal. Merawatnya dalam kurun waktu yang sangat panjang, 20 tahun. Sampai Bulantrisna almh menganjurkan Nida untuk menulis pengalamannya bagaimana dia bisa menghadapi berbagai tantangan dalam mengurus Ponpon yang sakit dan tetap bisa menjadi dirinya sendiri yang demikian tegas, ceria dan produktif.

Kebaikan Nida yang begitu besar terlihat dari kedekatannya pada sopirnya Pak Ayat, Wawan yang merawat Ponpon dan Entar yang membantu Nida sehari hari. Nida membantu pendidikan anak anaknya Pak Ayat sampai selesai dan Entar yang begitu setia menemani Nida terus menerus sampai akhir hayatnya. Pada penguburan Nida kita menyaksikan adegan yang mengharukan waktu Prof. Nila menyuruh Entar menaburkan bunga di pusara Nida setelah keluarga dekatnya.

Wayan teman lamanya di Dinas kesehatan menjadi pembawa acara pemakaman menceritakan betapa Nida memelihara hubungan dengan baik pada siapapun. Kata katanya seringkali keras tetapi maksudnya selalu baik dan memberikan arahan yang tepat. Menurut Pak Wisnu teman dekatnya di fak. Psikologi, Nida datang pada waktu pulang ke Bandung menemui Pak Wisnu dan Bu Lieke istrinya, menceritakan keinginannya untuk dimakamkan bersama Ponpon. Waktu Ponpon meninggal Pak Wisnu memang memberikan tempat di tengah pemakaman kelompok Fakultas Psikologi di pemakaman Cibarunay. Pada waktu Nida coma dan kelihatannya tidak ada perkembangan, ada informasi bahwa Nida ingin dikuburkan bersama jenazah Tondi. Jadi Pak Wisnu hari Minggu pagi pagi sekali ke pemakaman di Sirnaraga dan mengusahakan penggalian jenazah Tondi.

Obituari
Momen haru penuh kasih di pemakaman dr. Nida, sahabat-sahabat lama saling menguatkan dalam kenangan akan sosok yang dicintai.

Ternyata setelah itu ada berita bahwa Nida sudah berpulang pada hari Minggu 8 Juni 2025 pukul 8.16 wib. Kita menyaksikan peristiwa mengharukan penguburan keluarga: Nida dan jenazah Tondi, bersatu di makam Ponpon Harahap.

Setelah pensiun mulai tahun 2005 Nida aktif di Yayasan JaRI dan selalu berkontribusi untuk berbagai keputusan dan kegiatan JaRI. Menurut Sely, ketua Yayasan JaRI saat ini, kalau berdiskusi dengan Nida seringkali kita bisa melaksanakan berbagai kegiatan karena Nida mau “masuk” ke detail. Baik itu tentang laporan, bahan penyuluhan, rencana kegiatan maupun berbagai program rintisan. Contoh kebaikan hatinya terlihat dari pemberiannya untuk Yayasan JaRI sebelum Nida kembali ke Jakarta setelah lebaran, ada 12 box berisi berbagai alat makan. Menurut Rini yang bersama Sely mengelola yayasan JaRI Nida orangnya lugas, tidak basa basi. responsif, mudah bergaul dengan segala usia. Beberapa kali Nida ikut merayakan Natal di rumah Rini dari pagi sampai malam.

Menurut Ingrid yang bersama sama Nida mengembangkan yayasan JaRI selama lima tahun Nida adalah orang yang konsisten, sistematis, memiliki pengalaman berorganisasi yang luas, cerdas dan memiliki komitmen yang tinggi. Nida sangat kritis terhadap hal hal yang melanggar kebenaran dan keadilan serta menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan. Di mata Ingrid Nida adalah sahabat yang setia dan hangat. Pak Budi mengenal Nida sebagai sebagai pribadi yang tegas, lugas, dan penuh percaya diri dalam setiap keputusan yang diambilnya. Tidak hanya menjadi panutan dalam bersikap, tetapi juga dikenal cerdas dalam menyampaikan pertanyaan yang tajam dan bermakna, terutama dalam forum-forum diskusi dan pertemuan strategis. Meski dikenal tegas dan berani, mereka yang dekat dengan almarhumah mengetahui sisi lain dirinya: pribadi yang ramah, hangat, dan sederhana. Dalam keseharian, ia mudah diajak berdiskusi, senang berbagi pengalaman, dan menjadi teman yang menyenangkan bagi banyak kalangan. Pak Budi pernah diundang makan di rumahnya dan momen itu menjadi kenangan yang begitu berarti karena memperlihatkan sisi pribadi Nida yang terbuka, tulus dan penuh perhatian.

Nida berteman dengan banyak orang dari berbagai kalangan, dia selalu terbuka dan apa adanya. Nida terus memelihara hubungan dengan teman teman kerjanya selama bertugas di Kanwil dan Dinas kesehatan, termasuk staf yang dia tetap ingat. Semuanya merasa sangat kehilangan dengan berpulangnya Nida, namun mengungkapkan hal yang hampir sama.

Puti yang sangat dekat dengan Nida menyatakan walaupun ada kesan galak Nida hatinya sangat baik. Dia peduli pada yang termarginalkan, karena itu sesudah pensiun dia aktif di Yayasan Suryakanti dan Yayasan JaRI. Puti sangat terkesan dengan kesabarannya merawat Ponpon dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Dedikasinya pada pekerjaan sangat besar, integritasnya tinggi namun sangat tidak suka dengan kecurangan. Walaupun sering mendapat gangguan pencernaan, suka makanan yang berat berat dan berkeju. Nida suka nonton film India.

Tini yang cukup lama bekerjasama 22 tahun yang lalu menyatakan: Bu Nida pemimpin yang tidak hanya pandai memberi arahan, tapi juga turun tangan, berjalan bersama, terus mendampingi hingga pekerjaan selesai. Disiplin yang diterapkannya bukan paksaan, tapi mengajari tentang wujud dari cinta pada amanah. Ketegasannya bukan untuk menekan, melainkan untuk membimbing agar saya lebih mengerti tanggung jawab.

Teman lamanya Djoko menyatakan Nida orang yang terbuka, apa adanya, bisa berkomunikasi juga pada “bawahan” orang orang yang tidak punya kedudukan. Misalnya pada tahun 2004 Nida membantu proyek Tsunami di Aceh, kemudian proyek di NTT, Nida masih terus berkomunikasi dengan staf yang dikenalnya sampai sekarang. Dia sangat akrab dan tidak segan segan bicara terbuka misalnya “Mana sisa hasil usaha nih?”. Staf yang membantu juga dengan senang hati melayani Nida yang penuh perhatian dan menjaga silaturahmi. Karena gastritisnya Nida tidak tahan cabe, jadi kalau ada cabe di piringnya langsung minta diganti, sampai dijuluki “dokter cabe”. Kejujurannya sangat tinggi, Nida sangat tidak suka pada orang yang menyeleweng apapun alasannya. Djoko terkesan dengan perhatiannya pada Ponpon sangat besar, dia merawat sungguh sungguh dan sabar. Fita teman kerja yang cukup lama, suaminya Empay adalah ahli penyakit dalam yang dipercaya Nida.

Fita menyatakan bahwa Nida lugas dan apa adanya tetapi sangat baik hati, kalau marah setelah itu dia biasa lagi, tidak mendendam. Nida selalu menjaga silaturahmi pada semua orang. Perhatiannya malah lebih besar pada “orang orang bawah”. Perhatian yang besar itu tetap terjadi walaupun dalam keadaan sakit, misalnya waktu dikunjungi setelah lebaran dia masih memberikan amplop untuk Kania anaknya Fita yang baru menikah.

Nida juga aktif di Yayasan Suryakanti (YSK). Nida membawa Utit bergabung di Suryakanti karena dia percaya YSK adalah warisan dr. Anna yang harus dijaga, pelayanan klinik tumbuh kembang pertama yang ada di indonesia, Nida all out untuk itu. Manajemen Suryakanti harus diperbaiki, dan Utit bersedia melaksanakannya. Utit mengatakan menurut pandangan Nida gagasan dr Anna tentang deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang Balita sangat penting. Bayi yang diasuh dan dirawat dengan baik akan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Obituari
Karangan bunga duka cita sebagai penghormatan terakhir untuk dr. Nida. Semoga damai di sisi-Nya.
Obituari
Ibu Nida telah beristirahat dengan tenang, berkumpul bersama anak dan suami tercinta. Insyaallah surga 🙏

Namun masyarakat masih perlu belajar untuk berpikir pencegahan, karena itu pelayanan kesehatan menjadi bagian penting bagi YSK. Mulai dari tertiary prevention atau rehabilitasi lalu secondary prevention atau layanan kuratif, sampai primary prevention merawat dan melakukan deteksi dan intervensi untuk tumbuh kembang balita yang optimal. Sekarang, dengan mengikuti petunjuk dari Klinik Yayasan Suryakanti, sudah banyak keluarga berhasil membantu anak-anak yang lahir dengan berat badan rendah untuk tumbuh kembang dengan baik secara optimal dan berkelanjutan. Bagi Utit yang pernah menjabat Direktur Poltekkes, kenangan paling berkesan adalah waktu penerimaan mahasiswa baru yang penuh semangat, harapan, dan kebanggaan tersendiri bagi institusi.

Nida berpesan “tolong utamakan anak anak dari supir, asisten rumah tangga, cleaning service karena kalau kamu terima anak anak ini bisa mengangkat derajat mereka”. Terbukti anak anak mereka yang sudah mendapat pekerjaan yang baik hampir tiap lebaran datang dan menyumbangkan dana. Peter Heywood dan Meiwita Budiharsana sahabat Nida sejak lama mengirimkan pesan berikut:

It is with great sadness that we know Nida recently passed away. She is a truly wonderful person, a friend, a person of great talent, intelligence, and understanding and good humour. And Nida also showed us how to deal with tragedy and grace and love. Nida is one of the most remarkable persons we have met – Nida’s memory will stay with us forever.

Pasti masih banyak lagi teman teman Nida yang merasakan kebaikannya sehingga Hariman Siregar yang mewakili teman temannya pada pemakaman Nida mengatakan “Nida orang yang baik.”

Selamat jalan Nida, walaupun kamu sudah berada di alam yang lain namun tetap ada di hati kita semua.

5 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

6 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Hedy
Hedy
4 months ago

Thank you ceu Ilsa, obituari yang sangat mengesankan dan memang itulah kenyataan keseharian kak Nida.
We miss you kak Nida, saatnya istirahat bersama bang Ponpon dan Tondi

Dedi Kuswenda
Dedi Kuswenda
4 months ago

Ka Nida memang orang baik dan perhatian yg luar biasa ,selalu memperhatikan teman

Cun2
Cun2
4 months ago

Saya hanya seorang tehnisi komputer yg selalu membantu beliau selama 30 tahun atau mungkin lebih, seiring waktu saya tahu persis sifat almarhum yg spontan, tegas , tanpa basa basi tapi yakinlah di hatinya selalu ada berjuta kebaikan ,ketulusan dan keceriaan. Selamat jalan bu Nida saya akan selalu merindukan cerita2 ibu dikala senggang, ibu layak mendapatkan tempat istimewa di sisi Nya

Lia Komalasari
Lia Komalasari
4 months ago

We love you Dr. NIDA …

I Putu Suprapta
I Putu Suprapta
4 months ago

Bu Nida memang org tegas, jujur, apa adanya dan cenderung keras, tapi hatinya lembut spt lagu2 Rinto Harahap…(FKM UI 92).

Aida
Aida
4 months ago

She will be profoundly missed, leaving behind a legacy of kindness, wisdom, and unwavering dedication to others. Goodbye dr.Nida.

Thank to dr. Ilsa for describing her. Very detailed and touching. Your writing brings back memories of Dr. Nida to the readers.